Rabu, 25 Juni 2014

Indonesia Open 2014 : (slightly) Different but Great As Always



In Indonesia, the most popular sports is football  and badminton takes the second position. For me, badminton will always be number one sports because it gives pride to Indonesia. Those remarkable badminton athletes should be honored as national heroes to appreciate their tremendous effort to be champions in international tournaments. But that dream probably will only be a dream for this near time, so me and other badminton lovers should be content with the annual badminton tournament in Jakarta : Indonesia Open 2014 which held at Istora (Sports Center) Senayan Jakarta from 17-22 June. It’s my third time to watch this event on the site. If you guys haven’t tried it before, I recommend you to give it a shot. Trust me, you’ll get addicted to it and come back again next year.




There was a significant change this year because this event now had different main sponsor. For two years in a row, Indonesia Open was dominated with red color. This year, all decorations were in blue. It didn’t disturb the festivities feel in this event at all. I personally glad that the sponsor was change since cigarette company used to take the place. It’s not funny to have a sports event that promotes health sponsored by goods that harmful for health

Every year, I always watch the round 2 where many players still compete so I can see plenty matches in a day. If lucky, you could take a picture with your favorite players although if you aim for the popular one, you need extra effort (and extra luck!) because they won’t stroll around as carefree as the other players.

Indonesia Open is special. Unlike other tournaments in other countries where the spectators are usually only show up for final matches, in Indonesia Open Round 2 matches could attract many people to come. I was surprised to see such excitement, even the most uncomfortable seat (because of the view angle and yeah, it has the cheapest ticket price) were almost full. Istora Senayan was shaken because of the supporter’s cheer! Last year and two years ago, the hype wasn't that great.

It's only round 2 but look at those full seats!
Unfortunately the cheering couldn't make the players’ journey easier. I had to witness Indonesian players lost to their rivals one by one. Many of them had a fierce battle with slightly different score but still ended up lost.. Aaaaagh it was frustrating really! It’s true that winning isn’t everything but losing in your own nest has its own painful sensation o___o


But no matter what the result, watching badminton matches are always fun :) I definitely will continue this habit next year and the year after..I’ll drag my future family with me haha! And hopefully Indonesian badminton will improve to be even much better and seize all titles! 

IN-DO-NE-SIA!! *dum-dum-dum-dum-dum*


Senin, 23 Juni 2014

Fly With The Dragons!! : How to Train Your Dragon 2



Sudah lama gue nggak terpincut trailer film animasi sampai akhirnya gue lihat trailer How to Train Your Dragon 2. Asli keren. Ini baru trailer yang oke karena bikin calon penonton penasaran untuk mengetahui film utuhnya. Wajar kalau ekspektasi gue terhadap film ini jadi tinggi, dan gue sama sekali nggak dikecewakan.

Kisah HTTYD 2 terjadi 5 tahun setelah film prekuelnya. Bangsa Viking yang tadinya bermusuhan dengan naga sekarang sangat mencintai makhluk itu. Hampir semua penduduk Berk, nama desa Bangsa Viking tinggal, memiliki naga untuk membantu kehidupan sehari-hari mereka.

Tokoh utama film ini,Hiccup, anak kepala suku Stoick, sedang resah karena sang ayah hendak menjadikan dirinya pewaris posisi tersebut. Ia merasa tidak memiliki kemampuan untuk menjadi kepala suku dan jauh lebih senang berpetualang mencari tanah tak dikenal bersama naganya, Toothless. Di tengah pergulatan pribadinya itu, Hiccup bertemu dengan kawanan penjerat naga. Dari penjerat naga ini Hiccup mengetahui bahwa seseorang bernama Drago Bludvist berusaha mengumpulkan naga di seluruh daerah demi membentuk pasukan.

Kepala Suku Stoick ternyata mengenali Bludvist dan langsung menyatakan agar Berk bersiap menghadapi perang. Hiccup yang tidak ingin hanya diam menunggu Bludvist menyerang Berk bersikeras mencari Bludvist terlebih dahulu dan membujuknya untuk membatalkan peperangan. Di dalam perjalanannya inilah Hiccup bertemu dengan sosok yang tidak disangka-sangka.

Dari awal film, penonton akan dimanjakan oleh animasi 3D yang luar biasa indah dan penuh aksi. Gue hanya nonton versi 2D dan berhasil dibuat terpukau, bisa dibayangkan jika nonton film ini dalam format 3D atau 4D. Sensasi mengendarai naga di langit luas dalam kecepatan tinggi akan jadi jauh lebih nyata. Desain naga yang variatif dan menarik kerap membuat gue bingung harus fokus mengikuti jalan cerita atau memperhatikan detil-detil menawan di sepanjang film. Dreamworks benar-benar niat dalam menggarap tampilan visual HTTYD 2.

Plot cerita cukup oke untuk film yang ditujukan untuk semua umur. Pencarian jati diri Hiccup, pertemuan dengan figur yang selama ini hilang, dendam lama yang muncul kembali, tema-tema yang bisa dibilang ringan dan klise ini dapat diramu dengan baik. Adapun dari segi karakter, gue merasa villain-nya kurang greget. Mungkin salah satu alasannya adalah karena desain karakternya yang sebenarnya pingin dibuat seram namun malah jadi lucu karena badannya berbentuk kotak padat khas desain lelaki dewasa di film ini. Satu lagi yang bikin gue kecewa adalah Astrid, pacar Hiccup yang terlihat dominan di poster pun ternyata porsi perannya tidak sebesar foto posternya. Akan tetapi mengingat durasi film yang pendek, bisa dimaklumi jika karakter pendukung tidak terlalu tergali secara dalam.

HTTYD 2 adalah teman liburan yang pas untuk anak-anak. Tadi aja waktu gue nonton bioskop penuh anak-anak hahaha. Film keluarga yang sayang banget kalau dilewatkan.

"And with Vikings on the backs of dragons, the world just got a whole lot bigger"-  Hiccup

So let’s fly with the dragons!!

      

Senin, 09 Juni 2014

Maleficent : Another Side of The Legendary Villain


Gue termasuk orang yang jarang nonton film di bioskop..well gue termasuk jarang nonton film secara umum, kecuali film animasi. Makanya impulsivitas gue dan teman-teman untuk menjawab godaan poster Maleficent di 21 Depok Town Square tempo hari patut diacungi jempol,biar kata ada salah satu teman nonton gue itu beneran maniak film. Impulsivitas itu pula juga yang membuat gue tergelitik untuk mengangkat Maleficent sebagai review film pertama gue (yei), disusul beberapa tanda tanya yang terjawab setelah nonton.

Ada beberapa tanda tanya besar yang mengemuka ketika gue tahu Disney Pictures bikin live action adaptasi karya klasik mereka (lagi). Pertama, gue masih trauma dengan live action Alice in Wonderland terdahulu. Cerita yang penuh fantasi jadi terkesan serius dan membosankan (maaf buat yang suka karya adaptasi itu). Kira-kira bagaimana Disney meramu karya mereka kali ini?

Kedua, tokoh yang diangkat jadi pemeran utama adalah sosok jahat, Maleficent dari Sleeping Beauty. Biasanya dongeng klasik punya penggolongan saklek antara si baik dan si jahat. Area abu-abu di dongeng klasik hampir bisa dikatakan tidak eksis. Maleficent macam apa yang disodorkan Disney dalam film ini? Pure Evil seperti dahulu atau ada sesuatu yang berbeda?

Ketiga, tentu saja nama besar Angelina Jolie. Seperti apa Maleficent versi Jolie? Gue menatap layar bioskop lebar-lebar agar semua pertanyaan gue itu bisa terjawab.

Apabila di karya klasiknya, Maleficent “sudah jahat dari lahir”,pada film ini diceritakan tadinya Maleficent merupakan peri yang baik hati sebelum akhirnya sebuah pengkhianatan mengubahnya menjadi pribadi yang tidak berperasaan. The Moors, negeri dongeng indah yang seharusnya dijaga oleh Maleficent berubah menjadi tempat angker dan terisolasi dari dunia luar. Kisah masa lalu Maleficent ini lalu berlanjut dengan alur cerita Sleeping Beauty klasik. Tentunya dengan sejumlah kejutan yang tidak disangka-sangka dan jauh lebih gelap karena sudut pandang yang diambil adalah sudut pandang sang villain, Maleficent.

Dari segi visual effect, film ini patut diacungi jempol karena berhasil menyajikan gambar-gambar indah dan adegan-adegan pertarungan fantasi yang seru. Penonton bisa dipastikan tidak akan mengantuk sepanjang film. Hal yang agak mengganjal ada di proses editing adegan. Ada beberapa adegan yang terasa kurang mengalir, tapi secara keseluruhan tidak mengganggu alur cerita.

Plot Maleficent sendiri menurut gue cukup oke untuk ukuran film fantasi yang diadaptasi dari dongeng walau tetap termasuk gampang ditebak dan beberapa adegan terasa tidak masuk akal. Misalnya waktu Maleficent mengejar waktu untuk mencegah Aurora sang Sleeping Beauty tertusuk jarum pintal. Kenapa dia bukan mengubah gagak suruhannya jadi makhluk terbang agar bisa mencapai istana dengan cepat tapi malah naik kuda? Dramatis sih, tapi buat penonton yang kritis atau sudah dewasa pasti terasa janggal.  

Akting Angelina Jolie sebagai Maleficent, terutama saat berperan sebagai Maleficent jahat, mirip banget dengan versi animasinya bahkan di saat-saat tertentu jauh lebih menakutkan. Emang kece mbak satu ini. Belakangan gue baru tahu pemeran Aurora ternyata aktris terkenal, Elle Fanning. Aurora versi Fanning cocok dengan imej anak umur 16 tahun yang imut, kinyis-kinyis dan lugu karena hidup dalam pengasingan.

Film dipungkas dengan lagu soundtrack yang juga muncul di Sleeping Beauty versi animasi, Once Upon a Dream, yang setelah diaransemen ulang kedengerannya jadi gothic dan menyeramkan. Perubahan ini sesuai dengan nuansa kegelapan yang menyelimuti film ini.

Gue cukup puas dengan Maleficent sebagai suatu terobosan dari usaha mengolah kembali karya klasik dengan sentuhan fresh, sesuai dengan tagline-nya Discover a Story You Never Knew. Tidak sempurna, tapi layak diapresiasi sebagai film yang menghibur. 



  

Tulus - Sepatu (Shoes)

Another post in English :D Hi there! This time I want to share a beautiful Indonesian song with you guys.

To be honest, I seldom get attracted to current Indonesian songs, especially those that become very popular. Sometimes the lyric can be so cheesy and I have no interest to spend my time listening to the cheesiness. But this one is different. The music is simple but great, the metaphors are sweet (yet sad), and the video concept is unique. It's in Bahasa Indonesia, but don't worry I get the translation done for you.  The song tells a story about love between man and woman who can't be together..Cliche? Well the interesting part is, the writer compared that relationship with.. Shoes! 

This link below goes to the singer's, Tulus, Youtube channel. 

Enjoy! 
Tulus - Sepatu

Kita adalah sepasang sepatu
Selalu bersama tak bisa bersatu
Kita mati bagai tak berjiwa
Bergerak karena kaki manusia

Aku sang sepatu kanan
Kamu sang sepatu kiri
Ku senang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan

Reff : Kita sadar ingin bersama
         Tapi tak bisa apa-apa
         Terasa lengkap bila kita berdua
         Terasa sedih bila kita di rak berbeda
         Di dekatmu kotak bagai nirwana
         Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya

Ku senang bila diajak berlari kencang
Tapi aku takut kamu kelelahan
Ku tak masalah bila terkena hujan
Tapi aku takut kamu kedinginan

Reff : Kita sadar ingin bersama
         Tapi tak bisa apa-apa
         Kita sadar ingin bersama
         Tapi tak bisa apa-apa
  
Terasa lengkap bila kita berdua
Terasa sedih bila kita di rak berbeda
Di dekatmu kotak bagai nirwana
Tapi saling sentuh pun kita tak berdaya

Cinta memang banyak bentuknya
Mungkin tak semua bisa bersatu.
 
Tulus - Shoes 
We are a pair of shoes. 
Always together, can’t be united
We are dead thing, as if we don’t have a soul.  
We’re moving because of human’s feet

I’m the right shoe
You’re the left shoe.
I’m delighted when asked to run fast 
But I’m afraid you’ll be exhausted
I have no problem drenched by rain
But I’m afraid you’ll be cold

Reff : We realize that we want to be together
          But we can’t do anything at all
          It feels complete when there are two of us
          It feels sad when we’re on different shelf
          When close to you, a box is like heaven
          But we’re powerless even to touch each other

I’m delighted when asked to run fast
But I’m afraid you’ll be exhausted
I have no problem drenched by rain
But I’m afraid you’ll be cold

Reff : We realize that we want to be together
          But we can’t do anything at all
          We realize that we want to be together
          But we can’t do anything at all       
          It feels complete when there are two of us
          It feels sad when we’re on different shelf
          When close to you, a box is like heaven
          But we’re powerless even to touch each other

          It’s true that love has many forms. 
          Maybe not all of them could united 
                                              

Sabtu, 07 Juni 2014

Keliling Jakarta dari Depok Ga Pake Nyasar dengan Angkutan Umum

Halo. Setelah sebulan lebih menghilang dari peredaran akhirnya baru buat postingan baru lagi (dasar malas ._.) Kali ini gue pingin bagi-bagi info tentang rute angkutan umum ke tempat-tempat yang pernah gue kunjungi di Jakarta. Yeah, karena gue ingin mengurangi kemacetan makanya pake angkutan umum (padahal sih gara-gara ga punya mobil haha XD) 

Titik berangkatnya? So pasti Depok,lebih tepatnya Stasiun Universitas Indonesia secara sekarang sedang mencari wangsit (baca : kuliah) di sana hehe. Semua rute di sini sudah pernah gue coba jadi Insya Allah nggak bakal nyasar. Misalnya teman-teman punya rute lain atau mau nambahin boleh banget kasih komen, nanti bakal gue update berkala :D

Oh iya hampir lupa, semua rute yang gue tulis di sini menggunakan CL alias kereta listrik Commuter Line milik PT KAI tercinta. Supaya rapi gue kelompokkan berdasarkan stasiun tujuan.  Okay let's cekidot!


STASIUN CAWANG

Naik CL arah Jakarta Kota/Tanah Abang-Jatinegara terus turun di Cawang. Ada banyak tempat yang bisa diakses lewat Cawang, misalnya :
       
       A.      Plaza Semanggi dan Universitas Atma Jaya         
Naik bus Transjakarta arah Pluit (nama shelter tempat naiknya Cikoko Stasiun Cawang) lalu turun di shelter Semanggi atau naik bis apapun ke arah Pluit misalnya lo jiper sama jembatan shelter Semanggi yang parah banget panjangnya.

       B.      Jakarta Convention Center (JCC) dan Lapangan D Senayan
Naik bus Transjakarta arah Pluit lalu turun di Shelter JCC. Dari situ jalan dikit udah nyampe di gerbang JCC-nya. Untuk ke Lapangan D Senayan, jauh lebih dekat lewat dalam JCC karena letak mereka sebelahan.

       C.      Mal Taman Anggrek
Naik bus Transjakarta arah Pluit, turun di shelter Mall Taman Anggrek
  
       D.      Universitas Trisakti, Universitas Tarumanegara dan Mal Ciputra
Naik bus Transjakarta arah Pluit, turun di shelter Grogol 2.


STASIUN SUDIRMAN

Naik CL arah Tanah Abang-Jatinegara lalu turun di Stasiun Sudirman. Beberapa tempat yang bisa dijangkau lewat stasiun ini antara lain : 
    
      A.      Istora Senayan
Naik Kopaja 19 lalu minta turun di GBK atau naik Transjakarta arah Blok M turun di shelter Gelora Bung Karno. Dari situ jalan nyebrang lalu jalan dikit menuju kompleks GBK termasuk Istora

      B.      FX Sudirman
Naik Kopaja 19 lalu minta turun di GBK atau naik Transjakarta arah Blok M turun di shelter Gelora Bung Karno. Dari situ jalan nyebrang mendekati GBK lalu jalan dikit ke arah kiri. Pasti keliatan deh, lambing FX-nya segede gitu kok.

      C.      Pacific Place
Naik Kopaja 19 lalu minta turun di depan SCBD. Dari situ jalan dikit ke dalam kompleks SCBD sampai ketemu Pacific Place (gue kapok ke sini haha. Kayak dunia lain >_<). Bisa juga pakai bus Transjakarta arah Blok M.

      D.      The Japan Foundation, Gedung Summitmas 1 Lantai 3
Naik Kopaja 19, turun di dekat Ratu Plaza atau bisa juga naik bus Transjakarta arah Blok M. Turun di shelter Ratu Plaza. Dari situ nyebrang masih harus jalan sedikit  

      E.       Blok M Area
Resepnya lagi-lagi sama. Naik bus Transjakarta arah Blok M lalu duduk manis atau berdiri cantik sampai shelter terakhir.

Kalau apa yang gue tulis di sini ada yang salah, mohon dikoreksi ya :D Semoga walau pun sedikit tapi berguna, cheers!