Selasa, 28 Januari 2014

Joe Hisaishi in Budokan - Studio Ghibli 25 Years Concert

For my first entry in English I finally decided to write about..jeng jeng jeng.. This wonderful earcandy, especially for you guys who adore Studio Ghibli’s works.  I literally burst in happiness when I found the treasure on Youtube (God bless you Savior Uploader!).  Can’t believe I haven’t watched it while the concert was held in 2008 (not my fault, I didn’t know Ghibli back then hehe)


                            
  

Actually it’s inaccurate to call it “25 Years of Studio Ghibli Concert” since all pieces that are played in this concert are soundtracks Joe Hisaishi made for movies directed by Hayao Miyazaki. Well, Ghibli is not only Miyazaki-san . Probably “Joe Hisaishi : Tribute to Miyazaki” or whatever will suit it better..Anyway, for almost two hours all your memories about Miyazaki-san’s movies are about to be awaken. Big screen with movie clips is on to make the atmosphere even more vivid. This is the list of songs played in the concert.

Nausicaa of the Valley of the Wind
01. Opening [Legend of the Wind]
02. Requiem
03. A Battle Between Mehve and Corvette
04. Tooi hibi (Days Long Gone)
05. Tori no Hito (Bird Person)

Mononoke Hime
06. Ashitaka Sekki (Tale of Ashitaka)
07. Tatari gami (The Curse God)
08. Mononoke Hime (Princess Mononoke), Vocal: Masako Hayashi

Kiki’s Delivery Service
09. Umi no Mieru Machi (A Town with an Ocean View)
10. Shoushin no Kiki (Heartbroken Kiki)
11. Kaasan no Houki (Mom’s Broom)

Ponyo on the Cliff by the Sea
12. Shinkai Bokujyou (Deep Sea Ranch)
13. Umi no Okasan (Mother of the Sea), Vocal: Masako Hayashi
14. Nami no Sakana no Ponyo (Ponyo of the Fish of the Wave)
15. Fujimoto no Tema (Fujimoto’s Theme), Vocals: Fujioka Fujimaki
16. Himawari no Ie no Rondo (Rondo of the Sunflower House), Vocals: Mai
17. Haha no Ai (Mother’s Love)
18. Imouto-tachi no Katsuyaku (Little Sisters' Activities)
19. Haha to Umi no Sanka (Song of Praise for Mother and the Sea)
20. Gake no ue no Ponyo (Ponyo on the Cliff by the Sea), Vocals: Fujioka Fujimaki and Nozomi Ohashi

Laputa: Castle in the Sky
21. Hato to Shounen (Pigeons and a Boy) with Marching band
22. Kimi o Nosete (Carrying you) with Choir
23. Taiju (The Huge Tree)

Porco Rosso
24. Kaerazaru Hibi (The Bygone Days)

Howl’s Moving Castle
25. Symphonic Variation "Merry-go-round"
26. Cave of Mind
27. Jinsei no Merry-go-round (Merry-Go-Round of Life)

Spirited Away
28. Inochi no Namae (The Name of Life), Vocals: Ayaka Hirahara
29. Futatabi (Reprise), Vocals: Ayaka Hirahara

Tonari no Totoro
30. Kaze no toori michi (The Path of the Wind)
31. Sanpo (Stroll), Vocals: Chorus + All guest singers
32. Tonari no Totoro (My Neighbour Totoro), Vocals: Chorus

Encore

Porco Rosso
33. Madness

Princess Mononoke
34. Ashitaka and San



My favorite is the Princess Mononoke, Laputa, and Howl’s Moving Castle soundtracks although I love all the track. Orchestra always has its own charm and I totally enchanted. Another big surprise is when Hirahara Ayaka shows up and sings two songs from Spirited Away. I really like her husky-yet-sweet voice which is quite rare in Japanese musical industry. The rest of the singers are amazing too. Ohashi Nozomi, the little girl who sings Ponyo soundtrack is so cute I unconsciously want to kidnap her through the monitor >_< Hisaishi-san, the maestro, is also fun to watch. You can tell how much he loves music by seeing him smiling in entire concert and totally enjoy switching between become a conductor and pianist. Oh yeah and don't forget the choirs and marching bands!  

Hisaishi Joe and Hirahara Ayaka 


Do I tease you guys enough? Now get on your computer and watch it (you should buy the original one if you could, of course). The only negative after-effect after I finished the concert is all of a sudden I want to do a “Miyazaki Marathon” haha and well..a huge urge to see the concert in flesh. Hope you love it! (no,you absolutely will LOVE it!)

Kamis, 16 Januari 2014

Zona Perang di Food Court Sentra Grosir Cikarang

“Mbak Silahkan Lihat Mbak,SILAHKAN MAS LIHAT DULU, WOY! MBAK-MAS!!”

Hidup di zaman sekarang itu sulit. Tekanan ekonomi membuat banyak orang harus bekerja ekstra keras untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Gue sendiri tidak merasakan kesulitan berarti karena alhamdulillah keluarga gue termasuk mampu. Gue masih punya waktu untuk mempersiapkan diri sebelum terjun ke dalam kerasnya dunia nyata. Keras, seperti fenomena yang gue lihat di salah satu pusat perbelanjaan belum lama ini.

Dua hari yang lalu gue melihat contoh nyata yang ekstrim dari ketatnya persaingan bisnis makanan. Saat itu gue dan keluarga iseng jalan ke Sentra Grosir Cikarang alias SGC.  Kami memutuskan untuk pergi ke Food Court karena waktu makan siang sudah tiba. Begitu kami sampai, sejumlah waitress dari kios makanan menawarkan hidangan dari tempat masing-masing. Bersahut-sahutan, memperebutkan perhatian setiap orang yang dicurigai ingin menghilangkan lapar dan dahaga.

“Mbak boleh mbak dilihat dulu menunya..”

“MBAK boleh MBAK SILAHKAN”

“KE SINI AJA..mbak KE SINI..”

“*)&)^)^(*%&$*$^&^%#^@!!!”

Gue belum pernah lihat waitress yang nawarin makanan seagresif itu, mirip pemandangan di terminal saat bus-bus berebut penumpang. Apakah cara pemasaran mereka membuat gue tertarik beli? Boro-boro, yang ada gue malah takut dan malas mendatangi kios-kios tersebut. Akhirnya gue memilih beli fast food, satu-satunya yang tidak meneriaki calon konsumen. Nyokap dan adik gue milih kios paling sepi di pojokan, jauh dari tatapan “bernafsu” para waitress agresif.

Sambil makan, gue kembali memikirkan apa yang gue renungkan di awal tulisan ini. Para waitress itu berusaha sebaik mungkin mendatangkan pelanggan agar makanan yang mereka jual bisa laku. Pasti capek berteriak-teriak sekencang itu sepanjang hari demi mengimbangi bisingnya musik disko alay yang disetel begitu keras di sana. Rasa sebal yang tadinya muncul mulai berubah menjadi empati. Sayang gue keburu beli fast-food karena kesan pertama dari para waitress itu begitu menakutkan, dan mungkin banyak yang mengalami kejadian serupa seperti gue. Akhirnya uang yang bisa dipakai membantu usaha kecil masuk ke kantong para konglomerat pemilik franchise fast-food..(mulai melantur karena kebanyakan mikir)

Gue nggak benci fast-food, sekali-sekali oke lah. Waktu itu juga sebenarnya gue nggak begitu pingin beli fast-food, tapi yah karena gue keburu ilfeel duluan akhirnya jatuhlah pilihan pada produk ayam..yang sebenarnya baru gue makan dua hari sebelumnya. Giliran badan gue yang teriak-teriak karena keseringan disuruh mencerna karbo dan garam. 

Bodohnya gue nggak ngasih masukan ke waitress yang nganterin makanan buat nyokap dan adik. Mungkin selama ini sama sekali nggak ada keluhan mengenai cara mendekati konsumen makanya cara semi-barbar itu tetap digunakan. Semuanya demi memenuhi kebutuhan sehari-hari, padahal bisa saja jumlah pelanggan mereka meningkat jika teknik pemasaran diubah jadi sedikit anggun...

“MBAAAK…”

HUSH!

        

Jumat, 03 Januari 2014

Get Addicted to Webtoons! The Fantastic Four Worth Reading

Gue mendapat “racun” baru dari dunia perkomikan. Yep, webtoons! Komik berwarna dari Korea yang didistribusikan di internet, misalnya lewat situs seperti Naver. Bahkan beberapa webtoons dilengkapi musik latar dan animasi. Gue yang sebelumnya nggak tergerak oleh demam Korean Wave ternyata kecantol juga sama komik mereka ==a 

Beberapa hal yang bikin webtoons ini memikat hati gue antara lain pertama, mereka hadir dalam format berwarna nggak seperti manga Jepang pada umumnya. Kedua, cerita yang diusung komik internet ini terasa lebih nyata dan nggak klise. Mungkin nggak semua webtoon begitu, tapi beberapa judul kesukaan gue suka mengangkat tema yang jarang diangkat di manga. Di sini gue akan berbagi empat webtoon yang menurut gue patut dibaca, terutama untuk para penggemar genre slice of life.

1    Dr. Frost

Banyak komik mengambil unsur psikologi sebagai “bumbu” cerita, tapi Dr.Frost lain. Seumur-umur gue baca komik, baru webtoon ini yang benar-benar bercerita dari sudut pandang seorang psikolog. Sebagai anak psikologi gue luaaar biasa bahagia begitu nemu judul ini karena profesi psikolog jarang (hampir nggak pernah?) dijadiin komik.



Tokoh utama dari webtoon ini bernama Dr. Baek Nam Bong tapi ia meminta dirinya dipanggil Dr.Frost . Kepribadiannya cuek dan dingin, padahal dia psikolog yang seharusnya bisa empati sama orang. Sisi dinginnya ini diimbangi oleh kepribadian ceria dan cerewet dari asistennya, Yoon Seong-Ah.

Our hero(es) and heroine 

Pembaca akan diajak menelusuri kasus demi kasus gangguan psikologis yang ditangani oleh sang psikolog handal, mulai dari fobia keramaian, depresi, delusi, borderline personality disorder, dan lain-lain. Membaca webtoon ini nggak hanya memberi hiburan, tapi juga pengetahuan mengenai ilmu psikologi lewat cara menarik seperti membaca cerita detektif. 

Gue sering baca buku teks kuliah sambil baca webtoon ini dan Dr.Frost bisa dibilang cukup akurat dalam menggambarkan gejala gangguan psikologis. Webtoon ini oke buat mereka yang ingin berkenalan dengan Ilmu Psikologi “beneran”, dibanding nyasar baca buku-buku nggak jelas di rak toko buku yang ngaku membahas Psikologi. 



2    PEAK

Faktor pertama yang bikin gue kepincut dengan PEAK adalah anatomi karakternya yang bagus banget. Gue bukan illustrator dan nggak bisa gambar, tapi gue tahu gambar PEAK menerapkan prinsip anatomi tubuh dengan sangat baik. 
All hail muscel and abs and hwaa >_<


Webtoon ini berkisah tentang lima orang peserta wajib militer yang ditugaskan menjadi tim SAR di gunung dekat Seoul. Mereka mengira penempatan mereka sebagai tim SAR itu akan membuat hari-hari wamil mereka bebas dari tekanan, tapi namanya juga komik, nggak mungkin bebas konflik.

Tempat mereka ditugaskan ternyata rawan kecelakaan. Hal ini diperparah keadaan bahwa gunung tersebut merupakan daerah wisata populer bagi masyarakat. Kecelakaan sangat sering terjadi terutama saat musim liburan. Kelima cowok kece kita harus berjuang keras meningkatkan kemampuan mereka agar bisa menjadi tim SAR yang handal. Nggak semua proses penyelamatan berjalan mulus, beberapa bahkan berakhir dengan kematian. Ryuu Yeon-seong sang tokoh utama beserta teman-temannya belajar arti pentingnya kehidupan lewat berbagai peristiwa yang mereka alami selama menjalani wamil sebagai tim SAR.

Banyak teman gue yang mengeluh bosan membaca PEAK tapi gue pribadi merasa webtoon ini sangat keren. Proses penggemblengan cowok-cowok “lembek”,nggak ngerti apa-apa tentang kedisiplinan,sampai akhirnya mampu jadi anggota SAR yang sigap mampu menahan gue untuk terus membaca sampai akhir dan akhirnya harus menunggu apdetan chapter per chapter.

Beberapa hal yang gue rasa kurang adalah pengembangan karakter karena PEAK lebih berfokus pada kisah penyelamatan serta teknis-teknisnya. Alur waktu cerita yang maju-mundur juga sering membuat bingung karena nggak teratur. Tiap cerita baru, ada keterangan waktu yang menandakan berapa hari wamil yang tersisa.  Di chapter x bisa saja bercerita di H-400 (wamil itu 2 tahun kan ya?CMIIW) tapi tahu-tahu di beberapa chapter selanjutnya maju ke H-200. Kalau nggak jeli pasti pusing.          

3.    Welcome to Room #305!


Salah satu judul webtoon pertama yang gue baca selain Dr.Frost. Temanya agak sensitif yaitu LGBT (pasti pada ngeh lah ya kepanjangannya apa). Jangan harap isinya adegan-adegan romantis kayak di manga Shonen/Shoujo Ai atau konten-konten Yuri/Yaoi. Webtoon ini mengemas pandangan nyata masyarakat pada umumnya terhadap kaum LGBT.

Masyarakat umum diwakili oleh Kim Jonghyun, mahasiswa baru yang mengontrak apartemen dengan  Kim Homo. Jonghyun direkomendasikan oleh seniornya untuk tinggal bersama Homo karena Homo merupakan teman akrab si senior. Jonghyun merasa ditipu mentah-mentah oleh si senior dan panik luar biasa begitu mengetahui teman satu kontrakannya itu memiliki orientasi seksual yang berbeda alias gay. Kesalahpahaman terus bermunculan dan membuat hubungan keduanya mengalami naik-turun. Akhirnya Jonghyun dan Homo berhasil memperbaiki hubungan mereka dan menjadi teman. Nggak berhenti di situ, tokoh-tokoh lain juga memiliki masalah mereka sendiri-sendiri yang berkaitan dengan isu LGBT. 

Webtoon ini ringan tapi berat. Untuk yang mencari humor webtoon ini lumayan sukses membuat ngakak karena percakapan antar-karakternya yang jenaka. Oke buat mengembalikan konsentrasi saat ngantuk ngerjain tugas. 

Gue pribadi merasa diajak menertawakan diri sendiri lewat tingkah Jonghyun yang lebay menghadapi ke-gay-an Homo. Sekarang gue bisa ketawa, tapi sebenarnya sikap gue mungkin nggak bakal jauh berbeda kalau berada di posisi Jonghyun. Gue juga merasa lebih berempati terhadap kaum LGBT walau opini gue mengenai hal ini masih berada di ranah abu-abu.

4.    Cheese in the Trap



Cewek ambisius yang sederhana bertemu cowok kaya,ganteng,populer. Lalu mereka berdua hidup bahagia selamanya…Tapi bohong deeeng. Agak sulit menjelaskan Cheese in the Trap (CITH) dalam beberapa kalimat karena kompleksnya jalinan masalah yang ada tapi gue akan coba menjabarkan dengan singkat.

CITH berkisah tentang Hong Sul, seorang mahasiswi biasa yang memiliki kemampuan observasi luar biasa bahkan bisa dibilang sedikit paranoid.  Di jurusannya, terdapat satu sunbae (senior) cowok yang populer karena sikapnya yang bak pangeran dari negeri antah berantah. Pintar,cakep,kaya,berwibawa,suka traktir, selalu tersenyum setiap saat. Akan tetapi Sul merasa ada yang aneh dengan kesempurnaan sang sunbae. Hubungan mereka berdua sempat memburuk sebelum di tahun ajaran baru, Yoo Jung si idola mendekati Sul lebih dulu dan bersikap berbeda 180 derajat. Kontan Sul merasa curiga, jangan-jangan Yoo Jung menyimpan agenda tertentu?  

Gue cinta mati sama webtoon ini. Plot rapi, twist oke, karakter-karakternya memiliki kepribadian  yang menarik untuk dianalisis dan satu hal penting : terasa nyata! Sesuatu yang akhir-akhir ini sulit gue temui di manga bergenre sama. Jujur setelah baca CITH gue semakin susah terkesan oleh komik-komik Josei karena judul ini (menurut gue pribadi) terlalu bagus hehe..

Setiap tokoh di CITH, baik karakter utama mau pun karakter pembantu nggak ada yang terkesan sia-sia. Semua penting dan membantu cerita lebih mengalir. Pecinta Skip Beat pasti cocok dengan CITH karena perkembangan karakternya sama-sama dalem dan unsur romance-nya sama-sama berkembang super lambat..tapi bikin penasaran.  


Jadi, siap untuk menenggak “racun” bersama? :D ufu~