Senin, 30 Desember 2013

Renungan Akhir Tahun

Hari Minggu kemarin setelah sekian lama absen, gue dan keluarga pergi ke makam Ayah. Biasanya kami selalu pergi ke sana setidaknya sekali dalam sebulan, tapi kesibukan membuat rutinitas itu akhirnya tertunda. Seiring berjalannya waktu, perjalanan ke makam tidak lagi mengundang keinginan untuk menangis. Rasa rindu kepada sosok Beliau lah yang muncul dan mendominasi saat tangan gue,adik, dan Mama menaburkan bunga ke pusara.

Setelah berpulangnya Ayah, pandangan gue mengenai pemakaman berubah drastis. Gue nggak menganggapnya sebagai tempat yang asing (walau gue tetap menolak keras jurit malam di kuburan, kurang kerjaan). Pandangan gue mengenai kematian juga mengalami pergeseran.  Kematian yang kelihatannya tidak tampak itu ternyata melekat erat dalam setiap hela napas. Wafatnya orang terdekat, disertai sejumlah teman di SMP dan SMA seakan menjadi pengingat bahwa nyawa yang hanya satu ini dapat diambil oleh Sang Pencipta kapan saja. Gue yang sudah dapat pengingat sekian banyak saja kadang lupa lalu bertindak seenaknya. Harus lebih banyak bersyukur atas nikmat hidup yang telah diberikan Allah selama ini. 


Semoga Allah memberi kesempatan  pada kita semua untuk menapaki 2014 dalam keadaan sehat tanpa kekurangan suatu apa pun. Ayah dapat beristirahat dengan tenang sembari mengawasi keluarga kecilnya tetap bersemangat menjalani tahun yang baru. 

Selasa, 24 Desember 2013

Indonesia-Japan Expo 2013 Day 2 : WEAVER Mini Concert

Alasan utama gue datang acara puncak IJE 2013 tak lain dan tak bukan adalah untuk nonton WEAVER, salah satu band asuhannya A-Sketch. Mereka bisa dibilang “adik” One Ok Rock karena berada di satu manajemen (walau sebenarnya seumuran sih, tapi tampang personel WEAVER keliatan jauh lebih muda daripada OOR) . Nama mereka di Indonesia belum seterkenal “kakak”-nya, mungkin mereka make ajak IJE ini untuk jajal antusiasme penonton. Gue sangat sangat sangat bahagia karena kapan lagi nonton konser artis Jepang hanya dengan modal 20.000 perak.  


Setelah muter-muter lagi sebentar di area stand, icip miso soup dan roti FamilyMart, lalu beli bumbu kare, gue beserta rombongan yang lain dari waktu datang Sabtu langsung “merangsek” ke depan panggung. Rombongan kali ini isinya adik gue dan anak-anak pecinta Jepang dari Karawang. Akh WEAVER udah check sound. 

Keinginan gue nonton nempel pagar pembatas terpenuhi. Gue dapet tempat dekat drum tapi secara keseluruhan semua personel bisa gue lihat dengan jelas. Bayangan gue bakal liat grand piano di panggung buyar (muluk banget Ti -__-), yang ada keyboard Roland..Panggungnya lebih megah dibanding panggung OOR, lalu layar besarnya ada dua dan lagi-lagi lebih bagus dibanding konser OOR. Sponsornya kuat sih.

 Hati harap-harap cemas apakah lagu-lagu yang gue tahu bakal dimainin karena dari lagu mereka yang banyak itu, gue baru sempat serius ngedengerin empat. Ditambah dua lagi yang baru gue search pagi-pagi sebelum pergi, tapi itu juga lupa-lupa inget. Yuji Sugimoto (voc,  piano) check sound pake kaos v-neck putih yang bikin dia kelihatan tambah kurus. Shota Okuno (bass) pake baju kaos ungu dan keliatan amat korea sekali dengan potongan rambut poni miring. Terakhir, Toru Kawabe (drum) yang check sound pake suara-suara lucu. Kalo gue nggak salah denger dia sempat bilang “maceet” sambil mengeluarkan ekspresi kocak.  Kekhawatiran gue mulai memuncak karena dari dua lagu yang dijadiin bahan check sound, nggak ada satu pun yang gue kenal.. 

Para personel kembali muncul sekitar jam setengah 7 malam, lagi-lagi ngaret dari rundown. Yuji merangkap kaos v-neck putihnya dengan blazer abu-abu yang terlihat familiar..Eh ternyata dia pake setelan yang sama waktu manggung di acaranya BBQ Party at Tsumagoi A-Sketch pertengahan tahun ini.
Yuji di BBQ Party at Tsumagoi (credit : AMUSE FB fanpage)


Yuji di IJE 2013 (credit: IJE 2013 FB Fanpage)


Shota pake kemeja biru tua lengan panjang yang kancingnya ditutup sampai leher. Toru melapis kemeja putihnya dengan cardigan abu-abu. 
Toru di IJE 2013 (credit IJE 2013 FB Fanpage)
Shota di IJE 2013 (credit IJE FB Fanpage)



Setelah menyapa penonton, mereka bersiap di posisi masing-masing. 

readyyy! (credit : IJE 2013 FB Fanpage)



Lalu tahu-tahu..


SHALL WE DANCE!!

Gue matiii matiii aaaa. Peduli amat gue hari itu dandan cewek banget, peduli amat bawa tas jinjing yang bikin susah gerak. Gue langsung lompat-lompat kegirangan sambil nyanyi keras-keras sendirian karena di rombongan gue nggak ada yang hafal lagu WEAVER. Beberapa lagu yang dimainkan setelah Shall We Dance juga asyik (misalnya Kanseitou dan Reisu..yang terakhir ini gue nggak yakin bacanya gimana. Mungkin Race karena ditulis pake katakana) tapi karena gue nggak hafal lirik jadilah hanya bisa menikmati melodi tanpa ikut nyanyi. 

Terjangan kedua menghantam begitu Hard to Say I Love You dimainkan. Di versi rekamannya lagu ini punya kesan klasik yang dominan. Tapi malam itu mereka bikin improvisasi dengan menambahkan sentuhan jazzy yang menghibur. Keren! Yuji sempat dapat spot untuk main solo, bahkan sampai balik badan segala sambil tetap menekan tuts.
Beberapa lagu dimainkan lagi dan aaargh gue nggak bisa ikutan nyanyi karena nggak tahu lirik x_x Ada satu lagu yang berhasil nyantol karena lagu ini punya bagian dimana penonton bisa ikut menimpali. Setelah gue cari-cari, judulnya Free Will dari album mereka yang paling anyar, Handmade. Bagian “hoo hoo hoo”-nya lumayan ampuh menarik perhatian penonton. 

Lagu terakhir yang mereka bawakan judulnya Shine dan lagi-lagi gue hanya bisa manggut-manggut. Sedih luar biasa karena gue ngarep Bokura ga Eien dan Yume Janai Kono Sekai, dua lagu mereka yang sedang sering gue dengar, dimainin. Kesedihan gue berubah menjadi rasa optimis ketika penonton dengan kompak (dipanas-panasin juga oleh panitia) minta encore. BERHASIL. Kabel-kabel yang tadinya siap dicabut nggak jadi dicabut. Rasa senang kembali membuncah karena persembahan encore mereka adalah Bokura ga Eien, lagu pertama yang jadi awal perkenalan gue dengan band ini. 

Selain musiknya, malam itu WEAVER juga menghibur penonton dengan aksi kocak sang drummer, Toru. Ekspresi wajahnya yang nggak bisa dikontrol dan sering kali konyol waktu menggebuk drum mendapat sambutan meriah dari penonton. Gue ketawa ngakak waktu dia berdiri dari kursinya sampai salah satu staff harus megangin kursinya supaya dia nggak jatuh. Yuji dan Toru juga sempat menggebuk drum bersama sementara Shota ditinggal di pojokan, mungkin pingin balas dendam karena dia satu-satunya personel yang bisa bebas bergerak sepanjang pertunjukan berlangsung.   
           
keroyokaaan (credit : IJE FB Fanpage)
MC Session

Waktu sesi MC seinget gue hanya Yuji dan Toru yang menyapa penonton pakai Bahasa Indonesia. Itu pun lihat contekan. Percakapan mengenai nasi goreng kembali muncul (mereka nggak dikasih makanan yang lain apa ya? Rendang kek, opor, ketoprak,sate gitu..?). Lalu Toru bilang dia tahu lagu “cool” (pake Inggris dengan aksen Jepang) dari Indonesia..ternyata yang dia maksud itu Indonesia Raya.
 
“Can I sing it?” suaranya lucu banget waktu minta izin. Toru nyanyi diikuti oleh penonton. Gue yakin dia dibisikin Ryota OOR supaya nyanyi Indonesia Raya. Kalimat favorit gue keluar dari Shouta waktu dia curhat kalau Indonesia panas dalam Bahasa Inggris yang aksen Jepangnya kental parah. “Since it’s the hottest country, you’re the hottest audience!” FLATTER US MORE NII-SAN!!

Aftershow

Petualangan gue nonton WEAVER nggak berhenti ketika konser usai. Gue dan teman-teman langsung ngacir ke backstage, siapa tahu bisa foto bareng. Ternyata yang nungguin mereka keluar lumayan banyak dan makin membludak begitu personel WEAVER beneran muncul dari tenda backstage. Gue sempat didorong kasar sama bodyguard, pake dikatain centil segala  -_- 

Pihak manajemen nggak membolehkan foto sendiri-sendiri, tapi kalau foto grup dipersilakan. Gue langsung pilih tempat paling depan dan YUJI SEBELAH GUE!! Kalau aja nggak ada staf nyebelin yang latah pingin foto juga posisi gue pasti lebih oke, tapi yang penting YUJI SEBELAH GUE >____< Bahu gue sama dia singgungan. Gue jadi pingin ngasih dia makan karena dia beneran kurus banget. 

CHIIZUUU :D (credit : Shako Schandenfreude)
 
Gue curi-curi handshake sebelum hampir kejepit karena orang pada rusuh pingin handshake juga. Staff lalu menyuruh semua orang untuk baris dengan tertib supaya bisa handshake dengan seluruh personel. Beres salam-salaman (udah kayak Lebaran aja), WEAVER dan staff langsung naik mobil diiringi lambaian perpisahan dari fans.
     
Investasi 20.000 di IJE 2013 terbayar berkali-kali lipat. Nonton mini concert dengan panggung, sound system, dan tata cahaya oke, posisi paling depan, dapat foto bareng (walau nggak personal yang penting foto bareng), dan bisa menyapa WEAVER secara langsung. Ureshii yooo. Saking senangnya gue nggak sadar jarum pentul di kerudung pada rontok dan lenyap entah kemana hahah. Malam yang mengesankan!

Indonesia-Japan Expo 2013 day 1 : Time to Break The Wall!




Tahun ini merupakan tahun peringatan 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Jepang. Untuk merayakan hal tersebut diselenggarakanlah Indonesia-Japan Expo (IJE) 2013 di JIExpo Kemayoran. Wah, aroma nostalgia langsung menguar begitu gue dengar kabar tentang acara ini. Dulu tahun 2008 di tempat yang sama, acara serupa juga pernah diadakan. Expo tahun itu bisa dibilang titik tolak gue semakin “terjerumus” dalam kecintaan pada hal-hal berbau Jepang. Lima tahun berlalu sudah dan..well gue masih belum ke Jepang sih hehe. Gue datang lagi ke IJE, tepatnya tanggal 21-22 Desember 2013. 




DAY 1 : 21 DECEMBER 2013


Walau gue bilang tanggal 21 itu day 1, tapi sebenarnya expo sendiri diselenggarakan dari tanggal 19 Desember 2013. Gue datang di tanggal 21 karena ikut lomba karaoke. Akhirnya memberanikan diri juga coba-coba lomba karaoke. Gue dan empat orang teman naik Commuter Line ke Stasiun Juanda. Dari situ kita naik taksi dan akhirnya sampai di JIExpo Kemayoran. Jam 11 kita sudah masuk ke area acara karena gue diminta untuk daftar ulang jam segitu. Teman-teman gue saangat baik mau ikut nganterin dan muter-muter karena meja registrasi ulang kecil banget dan nggak mencolok sehingga bikin orang susah nyari.



Gue dapat giliran ke-30..Kebayang masih musti nunggu selama apa lagi sebelum bisa nampil. Untuk menghabiskan waktu gue dan teman-teman masuk untuk melihat pameran di dalam Hall A dan Hall D. Untuk mencapai pintu masuk pameran kami harus berjalan cukup jauh. Tempat kami beli tiket malah dekat ke pintu keluar pameran dan hall dibuat hanya satu arah. Awalnya gue pikir kenapa kok repot amat dibikin satu aliran begitu. Ternyata keberadaan museum mini tentang teknologi Jepang-lah yang membuat pintu-pintu keluar di hall tersebut nggak bisa diakses. 


Di museum ini banyak maket yang menjelaskan tentang berbagai teknologi yang sudah dimiliki dan sedang dikembangkan di Jepang. Mulai dari panel surya sampai proyek kota ramah lingkungan. Gue nggak sempat baca info terlalu banyak, tapi maketnya memang keren-keren. Akan lebih keren lagi kalau Indonesia bisa mengikuti jejak Jepang, tentunya nggak hanya dalam bentuk maket tapi benar-benar penerapan di dunia nyata. Setelah terkagum-kagum oleh museum mini itu, kaki kami menginjak area stand pertama yang berisikan..lagi-lagi teknologi. Elektronik, mobil,kamera, alat pemutih beras, developer..dan stand-stand lain yang agak lucu kalau didatangin mereka yang nggak punya kepentingan bisnis. Kami pun cepat-cepat beringsut ke area selanjutnya, berharap ada stand yang lebih menarik.  


Area selanjutnya mendingan. Ada stand produk-produk Jepang yang menjual apel seharga 65000 rupiah perbuahnya (perbuah,bukan perkilo -_- ). Di stand ini kita bisa icip-icip sampel produk yang dijual. Stand pendidikan (ada stand UI juga), stand FTV Aishiteru yang akan ditayangkan di KompasTV (dan menggoda gue untuk nonton karena yang bikin KompasTV), stand melukis kaos, lalu yang paling umum ada di J-Fest, stand merchandise animanga dan makanan Jepang. 


Kami langsung kalap menyerbu stand makanan. Gue sendiri cuma beli okonomiyaki dan onigiri karena budget terbatas. Selama waktu menunggu, gue sempat nonton Cow Cow menampilkan senam “Iya Iyalah”. Sumpah gak jelas banget, tapi walau pun nggak jelas ternyata tetap bisa bikin gue ketawa. Justru bikin hal-hal nggak jelas kayak gitu ya yang susah  :p lol. 

SHOWTIME 


Waktu berlalu..Acara karaokenya baru mulai satu setengah jam dari rundown yang seharusnya. Entah kendala teknis apa yang dialami panitia waktu itu. Gue sempat kepikiran gak jadi ikut karena ngaret luar biasa parah. Setelah penantian yang saaangaaat lama akhirnya gue nampil juga dengan nomor urut 17 (maju drastis dari nomor urut sebelumnya ya). Gue menyanyikan lagu 1000 no Kotoba punyanya Koda Kumi

Gue di panggung karaoke IJE 2013 (photo by: Hervi)



Semua berjalan cukup mulus, gue rasa suara gue nggak jelek-jelek banget walau saat itu kegatalan tenggorokan sedang memburuk dan badan gue sedikit demam. Sampai waktu dekat ending lagu, GUE LUPA LIRIK. AARGH. Selesai nyanyi gue langsung mohon diri sambil ngomel dalam hati, arrgh kenapa pake lupa lirik segala x_x Teman-teman gue nggak familiar dengan lagu itu jadi mereka bilang gue oke-oke aja..tapi gue nggak oke guys huhu. Waaagh rasanya pingin nonjok diri sendiri.


Pengumuman lombanya diadakan nggak lama setelah itu. Dalam lomba kali ini, gue belum bisa jadi juara. Tapi ini kemajuan besar karena gue berhasil mengalahkan “demam panggung”. Gue cukup menikmati nyanyi di depan orang-orang dan berencana ingin menjajal sebanyak mungkin lomba karaoke di musim j-fest tahun depan supaya makin tebal muka sekalian ngasah skill. Yoshaa   

Habis pengumuman gue nggak langsung pulang karena nunggu Maghrib dulu. Acara selanjutnya di panggung ternyata kompetisi Mai Mai, game arcade dari SEGA yang mirip DDR punya Konami tapi mainnya pake tangan. Gue penasaran pingin nyoba, begitu MC bilang ada minigame main Mai Mai gue langsung lari ke panggung.  Di minigame ini para pemain dipasang-pasangin untuk berduel. Gue dapet pasangan cewek yang kocak banget. Kita sama-sama mahasiswa semester 5, tapi waktu MC nanya umur gue dan dia sepakat buat “korting” umur, dari dua puluh (satu hahah) jadi 17 dan 18. MC-nya sempet sangsi  waktu gue bilang umur gue 18, uu ngajak ribut. Main Mai Mai ternyata asik dan gue berhasil keluar jadi pemenang. Hadiah yang gue dapat ternyata..paket pembalut yang bisa didapet gratis di stand Unicharm -_- Tapi lumayan lah bisa nyobain main Mai Mai.
 
geng bertualang, minus Hervi,Mayang,Adis

Senin, 16 Desember 2013

All Hail Gamification! - Sebuah Catatan Singkat -


Punya pengalaman mata kuliah tertentu yang nggak terlupakan? Saking nggak terlupakannya kamu bisa dengan sangat yakin berkata bahwa di reuni entah berapa tahun lagi memori mengenai mata kuliah itu akan tetap segar dalam ingatan? Selama gue mengarungi lika-liku akademis di Fakultas Psikologi UI, ada beberapa mata kuliah yang memberi kesan mendalam. Salah satunya bakal gue ceritain sekarang.

Angkatan 2011 yaitu angkatan gue adalah generasi terakhir di Fakultas Psikologi UI yang menggunakan sistem peminatan. Mahasiswa harus memilih dua dari sejumlah peminatan yang ada. Gue sendiri memilih Psikologi Klinis dan Psikologi Industri-Organisasi (PIO). Mata kuliah wajib untuk peminatan PIO di semester 5 ini adalah Psikologi SDM dan Psikologi Konsumen. Nama yang gue sebut belakangan ini yang membuat semester 5 berkesan. Berkesan seperti apa? Sabar,gue baru mau cerita.

Gamification

Untuk tugas akhir Psikologi Konsumen, mahasiswa diminta untuk membuat gamification. Gamification? Apaan tuh? Singkat cerita, gamification itu memadukan antara kegiatan sehari-hari dengan game. Pembuat gamification mengambil bagian-bagian tertentu dari game untuk kemudian dikombinasikan dengan sesuatu yang tidak bersifat game. Misalnya Farmville di Facebook atau fasilitas check-in di Foursquare. Contoh dalam acara sendiri, misalnya memperoleh kupon setelah menyelesaikan permainan di booth tertentu untuk kemudian ditukar dengan hadiah. Mungkin kalian bertanya-tanya ngapain anak Psikologi tugasnya nyerempet-nyerempet ke rumpun ilmu lain. Ilmu Psikologi memang “tukang serempet” karena yang dipelajari adalah manusia. Di dalam gamification ini pun mahasiswa dituntut menerapkan prinsip Psikologi untuk menghasilkan suatu gamification yang membuat orang (dalam konteks mata kuliah ini berarti konsumen acara) tertarik untuk terus bermain dan datang ke acara tersebut.    

Kelas lalu dibagi ke dalam beberapa kelompok dan diberi tanggung jawab untuk merancang sebuah gamification bagi acara tertentu di UI. Tebak gue dapet acara apa? Jeng jeng…Gelar Jepang UI! Kebetulan yang sangat menyenangkan karena 80 % dari anggota kelompok gue merupakan penyuka kebudayaan Jepang dan hal ini mempermudah kelompok gue untuk cari info baik dari pengunjung maupun panitia Gelar Jepang .

Setelah melakukan penelitian kecil, mengikuti sebuah workshop, perdebatan panjang, beberapa kali penolakan yang berujung revisi, akhirnya gamification kelompok gue jadi juga. Namanya GJ Quest. Bukan “nggak jelas” quest ya, Gelar Jepang Quest. Tampilannya kayak di bawah ini :

Tampilan paaaling depan

Pilih iconmuu. Maskot GJ UI 2013

Udah dateng ke booth? Masukin kode, dapet poin!

Menu item 




Oh iya kita nggak bikin gamification asli beserta programnya, cuma slide-slide yang menggambarkan fitur-fitur dari gamification. Buat slide pun tetap makan waktu mengingat semuanya dimulai dari nihil sama sekali. Nama program yang dipakai untuk buat slide ini adalah Prototyper 

                                             
   
Prinsip utama dari gamification ini sebenarnya simpel. Kelompok gue ingin orang-orang nggak hanya datang ke Gelar Jepang di acara puncaknya aja, tapi datang juga di hari-hari lain (biasanya Gelar Jepang berlangsung tiga hari).  Nah, gamification yang diakses lewat smartphone ini membantu mewujudkan keinginan itu sekaligus membangun kompetisi yang bisa melibatkan banyak orang.


Rules
Aturan mainnya, setiap seseorang datang ke stand tertentu atau mengikuti acara baik sebagai peserta mau pun penonton mereka akan mendapatkan kode. Kode bisa dimasukkan ke dalam smartphone mereka untuk kemudian ditukar poin. Nah, poin ini nantinya digunakan untuk mengunlock item-item pakaian dari icon Gelar Jepang yang gue lupa namanya siapa..Oh iya semua nuansa yang ada di gamification ini diambil dari Gelar Jepang tahun ini, makanya warnanya ungu-ungu gitu dan kebetulan lagi, ungu warna kesukaan gue hehe (penting). Nentuin yang menangnya gimana? Pemenang adalah tiga orang tercepat yang bisa meng-unlock semua item. Mereka bakal dikasih hadiah dan diundang untuk naik panggung di acara puncak Gelar Jepang.


Presentasi!
Di kelas, kelompok harus melakukan tiga kali presentasi untuk melaporkan progress dari gamification masing-masing. Dosen akan memilih satu kelompok yang dianggap paling baik sebagai juara dari tiap presentasi. Lalu..margin nilai kelompok yang juara dan yang nggak ternyata sebegitu besarnya. Motivasi? Pemecah-belah? Entahlah, tapi yang pasti kelompok gue belum pernah jadi juara di presentasi 1 dan 2. Ketika gue maju sebagai presentan di presentasi final, teman-teman sekelompok memberi “drill” khusus. Gue sempat beberapa kali simulasi dan mengambil pelajaran berharga bahwa ngomong lancar selama 20 menit nonstop di depan audiens (dan di bawah tekanan) itu nggak gampang.

Kami juga sempat rapat mengenai pertanyaan-pertanyaan apa yang mungkin diajukan oleh kelompok lain pada sesi tanya jawab. Kenapa perlu rapat segala untuk jawab pertanyaan? Di kelas gue sistem tanya-jawabnya duel satu lawan satu. Pengetahuan individu mengenai gamification beneran diuji karena teman yang lain nggak boleh bantuin jawab saat seorang ditunjuk untuk menjelaskan. Fatal kalau persepsi anggota kelompok nggak sama.

Alhamdulillah, kerja keras kami nggak sia-sia. Presentasi dan tanya jawab di final presentation berlangsung lancar tanpa hambatan berarti. Begitu presentasi selesai, rasanya semua beban di pikiran langsung lenyap padahal UAS baru mulai seminggu setelahnya. Rasa gembira itu kami ungkapkan dengan foto-foto dan makan di Pizza Hut (hedooon!)

The Torture (Hopefully) Worth It

Tugas ini meninggalkan kesan mendalam bagi gue karena besarnya pengorbanan waktu dan pikiran yang kelompok keluarkan demi kesempurnaan gamification ini walau hasil akhirnya tetap nggak sempurna. Di satu sisi gue pribadi merasa tertantang karena mahasiswa dikondisikan seperti menerima tender membuat gamification dari suatu acara. Format harus dibuat agar bisa benar-benar diaplikasikan di kehidupan nyata. Dasar teorinya harus jelas dan up-to-date. Ide wajib beda dan inovatif.  Presentasi juga dibuat seefisien mungkin, sepertinya sama kayak presentasi proyek di perusahaan. Akan tetapi di sisi lain hal ini sempat membuat stress karena..nilai. Lagi-lagi faktor nilai dan standar yang tinggi . Mahasiswa memang butuh ilmu, tapi maap-maap aja kita juga butuh nilai.

Sampai saat ini gue masih harap-harap cemas karena belum bisa mengetahui hasil dari jerih payah selama setengah semester. Sembari terus berdoa, gue nobatkan mata kuliah ini sebagai pemenang Mata Kuliah Ternyusahin tapi Paling Berkesan tahun 2013. Terima kasih untuk teman-teman sekelompok yang walau ngomel dan ngeluh tapi tetap memberikan performa terbaiknya (lalu gue mulai terdengar kayak feedbacker ospek hahah). Viva GJ Quest! Memori tentangmu akan selalu abadi selamanya.   

Good news : kelompok gue juara hoho. Lumayan bisa ngatrol nilai UTS yang hancur-hancuran hahah

My beloved group! Sampe bosen pake foto ini mulu XD 




Rabu, 11 Desember 2013

ONE OK ROCK TOUR : WHO ARE YOU?? WHO ARE WE?? - Jakarta -

Ini copas notes gue di FB tentang konser One Ok Rock 24 November 2013 lalu :) ceritanya percobaan postingan pertama hehe

Halo! Sudah tiga hari berlalu semenjak konser One Ok Rock di Jakarta dan gue baru sempet nuangin unek-unek sekarang..Maaf kalo nggak ada banyak foto karena dengan bodohnya gue lupa minjem kamera digital (keteledoran terbesar sepanjang zaman ==a). Kencangkan ikat pinggangmu kawan karena kita akan segera lepas landas kembali ke tanggal 24 November 2013.

1.       Place : Lapangan Parkir Kolam Renang Senayan
Entah untuk keberapa kalinya gue ke kompleks ini sampai rasanya pengetahuan gue tentang Jakarta mandek di Senayan. Area konser One Ok Rock nggak begitu jauh dari area konser L’Arc~en~Ciel tahun lalu. Spanduk-spanduk promosi letaknya kurang mencolok dan gue sempat tebak-tebakan arah sampai akhirnya sampai di lokasi dengan selamat. Di sini gue ngumpul sama teman-teman penyuka Jejepangan dari Karawang

2.       Venue, ticket, queue line : the price tells us all
Tiket konser One Ok Rock termasuk murah (gue dapet harga presale 385.000). Gue nggak terlalu banyak berharap bakal ada panggung yang wow dengan lighting dan efek luar biasa. Begitu liat besar venue dan panggung, ternyata nggak jauh dari ekspektasi. Estimasi sekitar 3000 orang bisa masuk ke sana. Sepertinya tim One Ok Rock ingin fokus ke sajian musik.

Waktu gue datang sekitar jam 2 siang, antrian belum begitu panjang. Matahari cukup terik dan orang-orang rela berpayung ria sambil duduk di depan pagar, menunggu gate dibuka walau masih harus bertahan 3 jam lebih di sana. Gate cuma satu buah dan satu lapis. Sempat khawatir bakal kenapa-kenapa karena gatenya kecil banget.
Begitu gate dibuka, terjadi keributan kecil karena ada sejumlah orang yang menyerobot antrian. Saat ngantri ini rasanya seperti udah mulai ngonser karena terhimpit-himpit oleh orang dari semua sisi (dengan bau khas masing-masing yang aduhai). Alhamdulillah berkat gender keperempuanan yang gue miliki (halah), tim security menyuruh gue dan teman gue yang sama-sama cewek untuk masuk duluan. Yay!! Sehabis tiket disobek, kami langsung ngacir ke tempat terdepan yang bisa dijangkau, nggak pake mampir-mampir kemana pun.  Belum nempel panggung sih, tapi lumayan depan. Mengingat di konser kali nggak ada pembagian kelas tiket, gerak cepat adalah suatu keharusan.  

3.       The Atmosphere : simplicity is the key
Begitu masuk ke area utama, gue disambut panggung minimalis. Backdrop panggung dari kain biasa, efek cahaya juga nggak aneh-aneh. Layar besar hanya ada di sisi kiri panggung dan gue bergegas menuju titik itu, kalau-kalau akhirnya harus pasrah nonton lewat layar. Area dibagi oleh pagar menjadi dua bagian, gue langsung curiga Taka-san bakal turun karena ada tangga segala, tapiii sayang waktu gue mau geser deket pagar sudah dikerumuni manusia. Area juga bebas dari light stick seperti yang sudah diberitahukan sebelumnya. Setelah nunggu sekitar dua jam lagi, kurang lebih jam 20:00 konser dimulai  

4.       Showtime : It’s really a guy thing!
Ternyata gue dapet sisi Ryota-san dan seandainya gue lebih tinggi 5 sentii aja pemandangan gue bakal beneran bersiiihh. Hal yang bikin gue shock di awal konser adalah insiden dorong-mendorong hebat di bagian tempat gue berdiri. Untuk beberapa saat saluran pernapasan sulit diajak kompromi, berujung ke sesak napas dan mual. Moshingmacam begini nggak gue alami ketika konser terdahulu. Waktu gue perhatiin lagi yang nonton One Ok Rock kebanyakan memang cowok..Maklum lah kalo sedikit rusuh fisik. Syukur keadaan kembali kondusif setelah Taka-san (Tacchan!) minta penonton untuk ngasih jarak yang cukup supaya setiap orang bisa leluasa menghirup oksigen. Well, dia bilang jongkok untuk siap-siap loncat sih tapi efek lainnya adalah terbukanya jalur udara bagi semua orang.

Malam itu lagu-lagu yang dibawakan berasal dari album Niche Syndrome, Zankyou Reference dan yang terbaru Jinsei Kakete Boku Wa. Dari 15 track, 13 di antaranya bertempo cepat dan bisa ditebak apa yang terjadi. Keringetan parah! Parah banget sampai lengket dan alirannya kerasa dengan sangat nyata waktu akhirnya dapat kesempatan untuk istirahat.

Di konser ini nggak ada sesi MC khusus. Masing-masing personel menyapa penonton dalam bahasa Indonesia dan ini lumayan bikin ngakak karena logat mereka lucu, bahkan Ryota-san nyanyi sepenggal lirik Indonesia Raya (semua langsung heboh). Satu-satunya yang bisa ngomong dengan fasih cuma Taka-san. Sayang mereka masih nyontek teks, coba hafal..tambah respek deh pasti.

Saat gue bilang konser berlangsung cepat, gue serius karena ternyata nggak sampai dua jam konser udah kelar. Sebelum encore, Taka-san keluar sambil megang bendera merah putih. Sempat dijadiin jubah juga sebelum ditaro lagi. Gue ngarep encore Nobody’s Home tapi ternyata Wherever You Are yang akhirnya menjadi lagu pamungkas. Habis encore, para personel melempar sejumlah barang ke penonton mulai dari pick,stick drum, sampai sapu tangan. Gue dapet? Nggak hahah, belum rezeki

Kenang-kenangan yang gue beli adalah cd terbaru OOR! Udah nahan-nahan dari bulan Maret untuk nggak donlot, akhirnya kesampaian punya cd rilisan Jepang!


5.       End Notes
Venue minimalis nggak menghalangi One Ok Rock untuk memuaskan hati fansnya. Mereka berusaha menyajikan musik tanpa banyak “bumbu” visual dan hal itu dapat mereka lakukan dengan baik. Gue pribadi merasa cukup puas dengan konser tersebut karena berlangsung aman dan tertib. Suasana karaoke massalnya juga asyik (salah satu alasan kenapa gue jadi suka datang ke konser dan merelakan diri terkena deindividuasi). Fans Indonesia memang doyan nyanyi, nggak kayak fans Jepang yang bisa nurut cuma nyanyi waktu disuruh, tapi justru itu yang bikin keren.

Kekurangan dari konser kemarin menurut gue lebih di publikasi yang kurang kenceng (ada faktor sponsor juga). Pembukaan gate ngaret setengah jam, dan pintu gate terlalu kecil sehingga mobilisasi terhambat. Kekurangan lainnya adalah simpang-siur harga tiket karena tiba-tiba ada pajak tambahan. Kesannya pihak promotor kurang professional membicarakan negosiasi dan bikin bingung  calon penonton. Tiket nggak ada hologramnya sehingga rawan dipalsuin dan terakhir, masalah sound system yang bikin beberapa lagu jadi kurang enak didengar. Tapi secara umum gue merasa sangat senang bisa dapat kesempatan nonton konser ini dan nggak sabar menunggu mereka bikin konser reuni sama Alex..(susah sih, tapi ngarep boleh kan yaa)

Special thanks to :

Kimi yang udah ngurus pembelian tiket dan jadi teman ngonser sejak jaman Laruku dulu (padahal baru ngonser dua kali, lagaknya kayak veteran hahah). Ngakunya gak begitu suka OOR tapi beli kaos regional lho o_o nggak pahaam

Ryouichi “Uri” si bodyguard yang bisa meredam hasratnya buat maju ke bibir panggung demi ngejagain kita-kita para wanita. I appreciate it really! Lo kan tinggi bro, pasti puas pemandangannya bersih tanpa penghalang.

Alam yang jadi supplier cemilan dan nggak jadi nangkring nonton di pohon mangga karena kedorong maju sampai deket panggung :D Makasih udah nemenin gue manjat pagar waktu ngintip checksound dari area mushola yaa hehe