Minggu, 06 April 2014
Perenungan Misteri Kehidupan
Kesendirian dan perasaan negatif cenderung membuat gue produktif nulis =_=a Yang satu ini juga termasuk tulisan edisi "menyemangati-diri-yang-sedang-terpuruk". Jangan-jangan gue musti nyemplung jadi melankolis-suicidal dulu supaya rajin nulis lagi....(jangan lah Ti :p). Buat yang baca, semoga nggak tertular kesumpekannya, endingnya motivasional kok hehe.
Perenungan Misteri Kehidupan
Gadis itu duduk sembari memeluk lutut. Kepalanya ditundukkan dalam-dalam seolah menghindar dari penilaian semesta. Dua matanya terpejam, berusaha menahan bulir-bulir air yang menyeruak ingin lepas dari pelupuk. Air memang tidak tumpah, namun sebagai gantinya ia merasakan guncangan lemah datang dari seluruh tubuhnya. Guncangan yang membawa gelombang kenangan. Satu per satu menyapa saraf visual di dalam otak, membentuk kilatan-kilatan sketsa kejadian yang telah silam.
Entah mengapa warna yang dominan muncul adalah semburat kelabu. Gelap, dingin, serta memancarkan rasa putus asa. Gadis itu menghela napas pelan. Canda tawa yang pernah mengisi waktunya terasa seperti mimpi saja, lewat tak berbekas. Ah, bukannya sama sekali hilang tanpa jejak..Jejak itu ternyata begitu nyata. Jejak kekosongan dalam hati. Lubang menganga yang menuntuk diri untuk ditambal segera namun entah material apa yang harus sang gadis gunakan untuk menutupnya. Lubang yang sangat mewah dan istimewa, sekaligus menyiksa jiwa.
Sungguh, sang gadis merasa sangat beruntung memperoleh kesempatan untuk berpikir, mempertanyakan, dan dipusingkan oleh hal ini. Banyak orang yang bahkan tidak punya waktu untuk merenungkannya, karena sang hidup menakan mereka hingga sulit bergerak. Harus menjalani realita sebaik-baiknya dalam suatu rangkaian aksi yang hampir otomatis.
Setetes air mata berhasil menyusup ke cuping hidung si gadis. Ia senang, rutuknya, namun ia juga hampir gila karena tak kunjung menemukan jawaban dari perenungannya selama ini. Akan lebih sederhana mengikuti arus seperti orang pada umumnya..Ia tahu pasti akan hal itu. Ia tahu lebih dari siapa pun.
Namun ia tidak tega membohongi nuraninya sendiri. Hati kecil yang kerap membawanya ke labirin penuh misteri. Labirin mengenai arti hidup. Labirin yang menjanjikan makna keberadaan diri yang sampai kini masih meninggalkan si gadis dalam dunia penuh tanda tanya.
Ia ingin tahu, sekaligus takut. Kotak-kotak di depan si gadis begitu menarik untuk dibuka, namun tidak semuanya berisikan bunga indah. Beberapa ranjau tersimpan di dalamnya.
Sementara itu, sang lubang masih terus meraung, menuntut renovasi.
Tubuh sang gadis bergetar lagi. Tangan-tangan imajiner di dalam pikirannya bergerak takut-takut membuka kotak-kotak yang selama ini teronggok di hamparan padang misteri hidup.
"Akankah aku mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini?"
"Kalau nggak dicoba, bagaimana mau tahu hasilnya?"
"Gagal bukan akhir segalanya, just give it a try."
Setitik warna cerah mengintip dari salah satu kotak, bagai pertanda senyuman akan kembali mengisi lembaran putih. Gadis itu berjalan pergi, melangkah sambil berusaha menguatkan diri.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar