Hai, kembali bersama gue Anti di program Amazing College
Courses (padahal ini edisi perdana XD). Di semester 6 ini gue kembali dihadapkan pada mata kuliah yang sangat
menarik. Frase “sangat menarik” dalam dunia perkuliahan, buat gue pribadi
biasanya selalu diikuti kata “menantang” serta”makan banyak waktu dan pikiran”.
Yep, akhirnya setelah lama hanya mendengar legendanya, gue menjalani juga yang namanya Konstruksi Alat Ukur Psikologi alias KAUP. Ya, saat ini status gue adalah KAUP Warrior , bertugas menaklukkan mata kuliah yang
selalu jadi juara trending topic anak-anak Psikologi UI dari masa ke masa. Terus apa hubungannya KAUP sama fotoan dengan pesawat? Karena..banyak alasan di bawah ini.
Sedikit tentang KAUP
Untuk KAUP, mahasiswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok
berisi 6-7 orang (seperti biasa, di Psikologi UI bersiaplah dengan tugas
kelompok yang bejibun). Kami harus membuat dua macam tes, satu untuk tugas UTS
sedangkan satu lagi untuk UAS disertai comprehension
test dalam bentuk lisan. Tes pertama jenisnya maximum performance test.
Arti gampangnya untuk tes ini, yang diukur biasanya intelegensi, skill tertentu (misalnya nyetir), atau
hasil belajar suatu program. Ujian harian, UTS dan UAS juga termasuk tes bentuk
ini. Khusus untuk tes pertama ini, tiap kelompok cukup membuat sampai rancangan
saja plus uji coba. Kelompok gue lalu terlibat perdebatan panjang dalam
menentukan topik, sesi yang selalu menguras tenaga. Selain topik, kami juga harus memikirkan banyak aspek seperti argumentasi solid mengapa tes ini penting untuk dibuat, uji kelayakan tes macam apa yang akan digunakan (validitas, reliabilitas, familiar dengan istilah ini? Kalau nggak googling aja ya), sasaran tes, dan lain-lain.
Anak-anak di kelompok gue pingin jalan ke tempat yang nggak
biasa untuk ngambil data. Pada akhirnya kita memutuskan mengambil siswa sekolah
pilot sebagai subjek tes yang akan kita susun. Kelompok gue yang isinya
cewek-cewek kinyis semua (halah) makin semangat karena bisa cuci mata sekalian
nugas. Sekolah pilot gitu lho, sudah dapat dipastikan suasananya macam STM, kaum
Adam bertebaran di mana-mana dengan penampakan yang oke punya. Belum lagi
karena bayaran sekolahnya mahal, berarti yang masuk ke sana orang kaya semua
(matre mode: on haha). Akan tetapi alasan yang paling utama sebenarnya bisa
lepas sejenak dari suasana kampus dan menjelajah tempat yang benar-benar baru. Dunia
ini luas, masa’ di kampus terus.
Off We Go!
Hari Rabu tanggal 19 Maret 2014 kami dengan gagah berani
melebur dalam hiruk pikuk komuter KRL Bogor-Jakarta. Tujuan kami adalah Bandara
Halim Perdanakusuma, tepatnya Deraya Flying School. Kami sampai di sana sekitar
pukul 09:00 dan langsung beranjak menuju kantor sekolah pilot tersebut. Begitu
bertemu dengan perwakilan sekolah, kami sempat waswas batal mengambil data
karena ternyata informasi bahwa kami akan datang hari itu tidak sampai ke pihak
yang sebenarnya bertanggung jawab mengurus izin kunjungan. Untungnya Mbak ini
baik banget, ia tetap meladeni kami dengan sabar dan memastikan bahwa kami
tetap bisa ambil data. Fyuh!
Setelah membayar 20.000 rupiah untuk registrasi masuk
pengunjung, kami digiring ke area sekolah penerbangan yang terletak di dekat lapangan
parkir pesawat. Rombongan kuning-kuning berbalut almamater langsung menarik
perhatian orang-orang saking ngejrengnya. Di area sekolah, kami bertemu dengan
salah satu instruktur (yang sayangnya gue lupa namanyaa) dan diminta menunggu
sejenak karena kelas masih berlangsung. Sembari menunggu, kami mengobrol banyak
dengan si instruktur dan memperoleh pengetahuan mengenai dunia penerbangan.
Mulai dari peraturan penerbangan Indonesia yang berkiblat ke Amerika, private pilot dan commercial pilot ternyata menjalani kelas berbeda, industri penerbangan
Indonesia yang makin dinamis, sampai ngomongin pesawat Malaysia Airlines yang
(masih) hilang.
Selain bertemu instruktur, kami juga mendapat kesempatan bercakap-cakap
langsung dengan kepala sekolahnya, Pak Suparno. Beliau adalah pilot veteran dan
merupakan jebolan TNI AU. Sikap beliau sangat positif terhadap kedatangan kami
dan beliau juga cukup paham Psikologi sehingga dapat langsung mengerti apa yang
sebenarnya akan diukur oleh rancangan tes kami. Selesai bercengkrama, beliau
mempersilakan kami untuk masuk ke kelas dan memulai uji coba tes. Kelas yang
kami masuki adalah kelas private pilot atau pilot untuk pesawat pribadi.
Test..Test..Test..
Suasana kelas Private Pilot saat uji coba tes berlangsung |
Suasana kelasnya kurang-lebih sama seperti yang sudah gue
bayangkan sebelumnya. Dari sekitar 23 siswa, hanya ada satu cewek. Kelas hiruk-pikuk dengan obrolan para siswa yang kebanyakan adalah anak-anak
SMA yang baru saja lulus dan baru menjalani sekolah penerbangan selama beberapa
bulan. Usilnya luar biasa, mungkin karena jarang lihat cewek di sekolah. Salah
seorang anggota kelompok jadi bulan-bulanan mereka karena digodain terus (tapi
karena digodain sama bocah jadinya males juga hahah). Kami sempat kesulitan
menenangkan kelas sebelum akhirnya Pak Instruktur membantu kami mengarahkan
siswa supaya konsentrasi. Uji coba berlangsung cukup lancar walau ternyata waktu pengerjaan ternyata molor hampir dua kali lipat dari estimasi sebelumnya. Kami kira soal yang kami buat dapat diselesaikan dalam waktu 10-15 menit saja, tapi ternyata ada siswa yang menghabiskan waktu hampir setengah jam. Data-data seperti ini lalu kami jadikan bahan pertimbangan untuk revisi.
Bersama Pak Suparno, Kepala Sekolah Deraya Flying School |
Selesai uji coba dan menyerahkan suvenir, kami pulang dengan
perasaan lega. Hari yang menyenangkan dan kami memperoleh pengetahuan baru
mengenai dunia yang sebelumnya terasa begitu asing, langsung dari ahlinya.
Terlebih lagi, reaksi positif dari calon pengguna alat tes mengenai rancangan
alat tes kami membuat kerja keras kami terasa tidak sia-sia. Mungkin ke
depannya bisa dikembangkan menjadi alat tes sesungguhnya dan menjadi sarana
meningkatkan mutu pilot di Indonesia.
Petualangan KAUP Warriors belum berakhir! Sampai jumpa di edisi UAS yang lebih greget!
Petualangan KAUP Warriors belum berakhir! Sampai jumpa di edisi UAS yang lebih greget!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar